BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOG BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI
BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI BIOLOGI opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK “HUKUM MENDEL ” KELAS
XII |
Hari / tanggal : Materi : Hukum Mendel - Hukum Mendel 1 Kelas/ Semester :
XII/Ganjil Nama :
A.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Siswa
dapat menerapkan prinsip pewarisan sifat mahluk hidup berdasarkan Hukum Mendel
1
2. Siswa
dapat Meyajikan hasil penerapan Hukum Mendel 1 dalam perhitungan peluang dari
persilangan
B.
DASAR
TEORI
Hukum
Mendel I
Hukum I Mendel disebut
juga dengan hukum segregasi bebas. Kenapa? Karena pada
hukum ini, gen di dalam alel mengalami pemisahan (segregasi) secara bebas saat
pembentukan gamet. Alel itu sendiri adalah pasangan gen yang
terletak di lokus yang sama pada kromosom homolog.
Sebelum kita masuk ke
inti dari pembahasan kita, ada istilah-istilah dalam persilangan yang perlu
kamu ketahui dulu nih. Supaya kamu nggak bingung,
ayo kita kenali istilah-istilah tersebut. Apa saja ya? Ini dia!
Parental (P) = Induk/orang
tua
Gamet (G) = Sel Kelamin
Filial (F) =
Keturunan/ anakan
Genotip = Susunan gen
penyusun sifat
Fenotip = Sifat yang
tampak
Pada persilangan
monohibrid berlaku Hukum Mendel I karena pada saat pembentukan
gamet kedua (G2), gen di dalam alel yang sebelumnya berpasangan akan mengalami
pemisahan secara bebas dalam dua sel anak (gamet). Secara bebas di sini
maksudnya adalah pemisahan kedua gen tersebut tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi pasangan gen yang lainnya.
Mendel melakukan persilangan monohibrid
dengan satu sifat beda yang menunjukkan sifat dominansi yang muncul secara
penuh dan sifat dominansi yang tidak muncul secara penuh (intermediet).
- Kasus dominansi penuh
Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat
gen yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya.
Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang lemah.
Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen
dominan dan gen yang memiliki sifat yang lemah disebut gen
resesif.
Perhatikan contoh di bawah ini, ya.
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm)
dengan gen M bersifat dominan penuh terhadap m. Lakukanlah persilangan sampai
mendapatkan F2!
Penyelesaian:
P1 : MM x mm
(Merah) (Putih)
G1 : M m
F1 : Mm
(Merah)
P2 : Mm x Mm
(Merah) (Merah)
G2 : M, m M,
m
Berlaku Hukum Mendel 1 dimana M dan m berpisah secara
bebas saat pembentukan gamet
F2 : MM (Merah), Mm (Merah), Mm (Merah),
mm (Putih)
Berdasarkan persilangan
di atas, kita bisa mengetahui perbandingan fenotip dan genotipnya. Perlu
diingat kalau fenotip adalah sifat yang tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita
bisa tahu kalau perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat
putih). Sedangkan, untuk perbandingan genotipnya diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2
: 1
C. Soal
Lengkapi lah diagram persilangan
monohobrid pada kasus dominasi penuh berikut ini :
P : Tanaman
kapri batang tinggi >< Tanaman
kapri batang pendek
Genotip : TT >< tt
Gamet : T dan …… t dan ……
(sel kelamin)
F1 : Tanaman
kapri batang tinggi
(Keturunan
I)
Genotip : ………………………………..
Selanjutnya
menyilangkan sesama F1 untuk menghasilkan F2
F1 >< F1 : …………………………………. >< Tanaman
kapri batang tinggi
Genotip : Tt >< ………...
Gamet : ……..
dan
…….. ……….
dan ………
Kemungkinan
kombinasi keturunan kedua (F2) :
Sel Kelamin |
T |
t |
T |
….. (…………………) |
….. (Batang tinggi) |
t |
….. (…………………) |
….. (…………………) |
Tentukan perbandingan fenotip dan genotipnya.!